mau ngobrol?

Cari Blog Ini

Kamis, 13 Oktober 2011

SEPUTAR ALTERNATOR



Sistem pengisian mempunyai 3 komponen penting yakni Aki, Alternator dan Regulator.
Alternator ini berfungsi bersama sama dengan Aki
untuk menghasilkan listrik ketika mesin dihidupkan.
Hasil yang dihasilkan oleh alternator adalah tegangan AC
Yang kemudian dikonversi/diubah menjadi tegangan DC.
RANGKAIAN SISTEM PENGISISAN
Ke empat kabel ( soket ) dihubungkan dengan alternator di sepanjang rangkaian kelistrikan.
“B” adalah kabel output alternator yang mensuplai langsung ke aki.
“IG” adalah indikator kontak yang ada dialternator.
“S” digunakan oleh regulator untuk mengatur strum pengisian ke aki.
“L” adalah kabel yang digunakan oleh regulator untuk indikator lampu ( CHG ).
IDENTITAS TERMINAL ALTERNATOR
“S” Terminal indikator Voltase aki.
“IG” Terminal indikator strum kontak.
“L” Terminal lampu indikator.
“B” Terminal Output Alternator.
“F” Terminal tegangan langsung ( bypass ).


ALTERNATOR ASSY
Alternator terdiri dari :
gabungan kutub magnet yang dinamakan Rotor.
Gulungan kawat magnet yang dinamakan stator.
Rangkaian dioda yang dinamakan rectifier.
Alat pengatur voltase yang dinamakan regulator.
Dua kipas dalam ( internal Fan) untuk menghasilkan
sirkulasi udara.
MODEL ALTERNATOR
Kebanyakan alternator menpunyai regulator
yang berada didalamnya ( IC built In), dan tipe yang lama
mempunyai regulator diluar.
Tidak seperti model yang lama,
Tipe ini dapat dengan mudah diperbaiki dengan
Membuka tutup bagian atasnya.
POLI ALTERNATOR
Poli alternator diikat/dikencangkan ke bagian sumbu rotor.
Tipe poli tunggal atau poli PK dapat digunakan.
Alternator tipe ini tidak mempunyai kipas luar yang
Menjadi bagian dari polinya.
Tidak seperti jenis alternator lama yang menggunakan
kipas luar untuk pendinginan, alternator ini mempunyai
2 kipas dalam untuk sirkulasi udara pendingin. 
BAGIAN DALAM ALTERNATOR
Jika bagian atas altenator dibuka :
Regulator yang mengontrol tegangan output alternator.
Carbon Brush yang menempel dengan bagian atas rotor
( Slip Ring).


Rangkaian dioda (rectifier) yang mengkonversi (mengubah)
voltase AC menjadi voltase DC.
Slip Ring (bagian dari rotor) dihubungkan dengan setiap dari
Field winding.
CARBON BRUSH
Dua slip ring yang berada di setiap bagian atas rotor.
Slip ring dihubungkan dengan field winding dimana carbon brush
dapat bergerak, dan ketika arus mengalir melalui field winding
Lewat slip ring, akan ada arus magnet disekitar rotor.

2 buah arang yang diposisikan sejajar yang
akan menempel dengan slip ring.Carbon brush disolder atau
Diikat dengan baut.
IC REGULATOR
Regulator adalah otak dari sistem pengisian.
Regulator mengatur keduanya baik itu voltase aki
dan voltase stator, dan tergantung dari kecepatan putaran mesin,
regulator akan mengatur Kemampuan kumparan rotor
untuk menghasilkan output Alternator.
Regulator dapat diganti baik itu internal regulator atau eksternal.
Dewasa ini rata rata semuanya sudah memakai internal regulator.
DIODE RECTIFIER
Rangkaian Dioda bertanggung jawab atas konversinya
tegangan AC ke tegangan DC.

6 atau 8 diode digunakan untuk mengubah tegangan stator AC
ke tegangan DC.
Setengah dari diode tersebut digunakan dalam kutub positif
Dan setengahnya lagi dalam kutub negatif.
BAGIAN DALAM ALTERNATOR
Rotor yang diantaranya terdiri dari kutub kutub magnet
yang berputar mengelilingi didalam stator. Putaran Rotor
menciptakan arus magnet disekelilingnya.
Gulungan (stator) mengembangkan tegangan yang
dikarenakan magnet yang berputar maka arus akan diinduksi
melalui terminal stator.

RANGKAIAN ROTOR
Rotor terdiri dari kutub kutub magnet, inti field
winding dan slip ring.

Beberapa model/tipe termasuk mensupport lahar
dan satu atau dua kipas didalamnya.
Rotor digerakkan atau diputar didalam alternator
dengan putaran tali kipas mesin.

Rotor yang terdiri kutub kutub magnet, field winding, dan
Slip ring, bagian bagian ini padat bersambungan pada sumbu
rotor, field winding dihubungkan kepada slip ring dimana
carbon brush dapat bergerak.
Ada dua lahar yang terdapat dirotor, satu di bagian bawah slip
ring, dan satunya berada dibagian atas sumbu rotor.

Field Winding Rotor Menciptakan lapangan magnet
yang disebabkan oleh arus yang mengalir melewati
slip ring.
Magnet tersebut disatu disisi menjadi kutub selatan,
dan disisi lain menjadi kutub utara.
STATORHUBUNGAN STATOR - ROTOR
Hubungan putaran rotor berputar didalam stator :
Arus magnet alternator yang berasal dari dari putaran rotor
menginduksi tegangan kepada stator.
Kekuatan dan kecepatan dari putaran arus magnet yang
dihasilkan rotor akan berakibat terhadap tegangan induksi
kepada stator.

Stator mempunyai 3 fase gulungan yang diisolasi
kepada stator, gulungan tersebut terhubung antara
satu dengan yang lainnya.
Setiap fase ditempatkan diposisi yang berbeda
dibandingkan dengan yang lain.
Gulungan yang diisolasi itu menghasilkan
medan magnet.
RANGKAIAN DIODE - RECTIFIER
Diode digunakan sebagai penyearah tegangan.
Diode mengubah tegangan AC menjadi tegangan
DC sehingga aki menerima listrik yang benar.

PENGATUR TEGANGAN
Regulator akan mengatur tingkat / level
sistem pengisian tegangan.

Ketika sistem pengisian tegangan dibawah dari yang
ditentukan, regulator akan meningkatkan arus listrik tegangan,
yang akan berakibat terciptanya arus magnet yang kuat,
hasilnya akan meningkatnya output alternator.
Ketika sistem pengisisan tegangan diatas yang ditentukan,
regulator akan menurunkan arus listrik tegangan,
dan membuat arus magnet menjadi lemah,
hasilnya output alternator yang semakin Kecil.

Regulator mengatur tegangan aki, dan juga mengatur
arus yang mengalir ke rangkaian rotor.

Rangkaian rotor menghasilkan arus magnet.
Tegangan yang dihasilkan diinduksi di stator.
Rangkaian rectifier mengubah tegangan stator AC menjadi
tegangan DC yang digerakkan ole putaran mesin.

Sabtu, 10 September 2011

Cara Kerja Sistem Pengapian Platina {Mobil Jadul}


Quantcast
 Sistem pengapian mobil-mobil modern tak lepas dari  perkembangan teknologi sistem pengapian pada mobil jadul alias masih menggunakan platina sebagai plat kontak untuk menghubungkan dan memutus aliran listrik primer koil agar terjadi induksi/GGL pada sekunder yang berupa listrik tegangan tinggi untuk mensuplai busi agar memercikkan bunga api. Platina mobil berupa plat kontak yang berfungsi sebagai penghubung & pemutus yang di hubungkan oleh ebonit/kaki platina dan di kontrol oleh nok delco(Distributor), apabila kaki ebonit tidak terdorong oleh nok delco maka plat kontak akan terhubung sekaligus mengalirkan aliran listrik  primer koil ke ground dan menciptakan medan magnet pada primer coil, dan pada saat nok delco menyentuh/mendorong ebonit platina maka listrik dari primel coil akan terputus, pada saat listrik primer coil terputus maka  terjadi GGL/induksi tegangan tinggi pada sekunder coil, dengan adanya kondesor/kapasitor yang terhubung secara paralel dengan platina akan membantu meningkatkan besar induksi dan menghilangkan bunga api pada saat platina mulai terbuka/memutus, hal ini bertujuan agar plat kontak platina tidak mudah terbakar dan mampu berumur panjang.
Besar/lamanya saat platina terhubung di pengaruhi oleh lebar Permukaan AS delco yang rata/datar hal ini di sebut dengan sudut dwell, dimana sudut/lama saat platina menghubungkan aliran listrik ke primer coil. Apabila celah platina kita bikin rapat so pasti sudut dwell akan menjadi besar dan kebalikannya.

Kamis, 28 Juli 2011

Waspada Pakai CDI Shogun


 
Sampai
sekarang, banyak yang masih latah menggunakan CDI Suzuki Shogun 110. Katanya bebas limiter dan paling simpel. Padahal tidak tahu alasan teknisnya. Kenapa?

Perlu diwapadai, asal pakai atau caplok itu bahaya. Walau bebas limiter, tapi pengapian bisa kelewat maju. Piston bisa bolong, karena piston sedang naik, bunga api meletik lebih awal. Akhirnya piston beradu dengan ledakan. Bisa pecah.

Misalkan CDI Shogun 110 dipasang di Honda Karisma. Ketika putaran menengah ke atas, timing pengapian mencapai 53 sebelum TMA. Sangat advance atau kelewat awal. Piston bisa bolong.

Padahal, pengapian Shogun 110 standar, timing terbesar 29 sebelum TMA. Dipakai di Karisma sangat jauh majunya. Untuk itu harus tahu cara kerja dan modifikasinya supaya Karisma bisa pakai CDI Shogun dan aman.

Menurut Herianto, cara kerja CDI Shogun 110 masih analog. Sehingga sangat mudah seting timing pengapian secara mekanis. “Mekanik awam juga bisa melakukan,” jelas Herianto yang Technical Service CDI  BRT ini.

Derajat timing pengapian bisa diatur lewat panjang pick up pulser. Tonjolan pick up pulser bisa dilihat di mangkuk magnet. Di Shogun panjangnya hanya 14 mm. Kalau Karisma 38 mm.

Ketika langsam sampai dengan putaran mesin mencapai 2.500 rpm, timing pengapian hanya 15 sebelum TMA.

Angka 15 didapat dari jarak ujung tonjolan belakang pick up sampai posisi pulser 15 mm atau 15. Lebih jelas lihat (Gbr. 1). Bisa mudah dibaca?

Pada putaran mesin lebih dari 2.500 rpm, timing pengapian akan bertambah. Yaitu 15° ditambah panjang pick up atau tonjoan Shogun yang 14 mm. Berarti timing jadi 15 + 14 = 29 derajat.

Bayangkan kalau dipasang di Karisma yang punya tonjolan pick up 38 mm. Jadinya timing pengapian 15° + 38° = 53° sebelum TMA. Sangat maju sekali dan harus dimodifikasi. 

Modifikasi tergantung kemauan dari mekanik. Misalkan timing pengapian masih tetap seperti Shogun 110. “Maka panjang tonjolan pick up di magnet Karisma harus dipotong,” saran Heri yang beken dipanggil Bombom itu.

Bagian mana pick up yang dipotong? Agar tidak salah kaprah perhatikan arah putaran mesin. Nah, tonjolan yang dipotong atau diratakan bagian depan. Kalau dilihat bagian sebelah kiri.

Untuk meratakan tonjolan pick up, bisa menggunakan gerinda. Panjang pemotongan bisa dihitung.  Panjang pick up Karisma dikurangi panjang pick up Shogun 110. Jadinya panjang yang dipotong 38-14 mm = 24 mm.

 Pick up yang di potong bagian depan (kiri). Panjang pick up pulser. Dimodif sesuai derajat di mau. Tapi hanya untuk CDI Analog (kanan)
Dengan begitu, timing pangapian akan menjadi 15 + 14 = 29 derajat. Tapi, bagaimana jika pengapian kepingin lebih maju lagi. Seperti CDI racing misalnya jadi 32 mm.

Sangat gampang sekali. Tinggal dikalkulasi dengan cara sederhana. Timing awal atau langsam 15°, agar jadi 32 tinggal ditambah dari panjang pick up. Jadinya panjang pick up harus dibuat menjadi 17 mm.

Jangan Terbalik
Sebenarnya sayang kalau motor yang baru kembali lagi menggunakan CDI Shogun. Itu bisa dibilang sama seperti kembali lagi ke zaman dulu.

Untuk menghilangkan limiter, caranya bisa menggunakan CDI yang unlimiter atau racing. Karena sekarang sudah dijual murah. Bahkan lebih murah dari CDI Shogun standar.

Misalkan CDI Varro yang promosinya unlimiter. Walau kurva pengapian sama dengan standar namun tetap lebih maju dibanding CDI Shogun yang perubahan timingnya hanya sedikit. 

Yang dimaksud sedikit timingnya hanya 15 di rpm bawah dan 29 lewat dari langsam. Kurvanya akan begitu sampai rpm tinggi. Ini tidak menguntungkan, padahal di motor sekarang bisa berubah setiap 3.000 rpm

 Selain itu, juga bisa merusak magnet. Sebab pick up atau tonjolan di magnet harus digerus. Kalau dikembalikkan lagi ke versi standar jadi lebih susah. Tetap CDI racing lebih fleksibel karena bisa diprogram.

Kurva Sederhana
Pada CDI analog, memang susah dibikin beberapa step pengapian. Timingnya hanya terbatas untuk langsam dan putaran tinggi. 

Seperti CDI Shogun 110. Pada saat langsam, timing pengapian 15 sebelum TMA. Pada putaran menengah dan rpm tinggi stag di 29. Akan turun di rpm lebih dari 11.000.

Tidak seperti CDI digital yang banyak dipakai di motor sekarang. Timing pengapian bisa dibuat beberapa step. Bisa diprogram setiap 500 atau bahan 100 rpm bisa dibuat berubah.

Makanya CDI analog ditinggalkan oleh pabrikan motor sekarang.  Ciri CDI analog ini pada ukuran pick up pulser, sangat pendek. Seperti Suzuki Shogun 110 punya panjang pick up hanya 14 mm.

Berbeda dengan motor yang mengnut CDI sudah digital. Seperti Karisma panjang pick up 38 mm. Yamaha Jupiter-Z atau Mio 57,5 mm. Ini yang membuat bisa diprogram dalam banyak step.

Rabu, 27 Juli 2011

peringatan tukar pakai cdi !!

Banyak yang salah kaprah saling tukar CDI. Repot urusannya, kalo salah beli gak bisa ke pake, apalagi sekarang jamannya CDI digital, Program Tiap motor berbeda, jika dipaksakan mesin akan mberebet dan tenaga loyo.Boleh saja saling tukar CDI asal memenuhi 4 syarat :
1. Panjang Pulser Sama
Panjang sensor pulser (pick-up koil) harus sama. Tiap tipe motor berbeda, ada yang panjang ada yang pendek. Untuk motor jaman dahulu biasanya lebih pendek. Untuk Suzuki Shogun 14mm dan Honda Supra hanya 12mm. Ini karena motor dahulu pabrikan menganut CDI Analog. Kurvanya tidak bisa di program.
Beda dengan motor sekarang. Lihat Honda Karisma 38 mm dan Yamaha Jupiter-Z 57,5 mm. pick-up koil panjang. sebab sudah digital. Kalau dipasangi CDI Programable kurva pengapian bisa macam-macam.
2. Kurva Tidak Beda
Syarat kedua harus tahu derajat pengapian. untuk semua tipe motor, timing pengapian tiap tingkat putaran berbeda, walau terkadang ada yang sama.
Lihat Yamaha Jupiter-Z, pada rpm 1.500 sampai 2500 busi meletik 15 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas). Dari 2.500 - 3.500 timing pengapian 32 derajat sebelu TMA. selanjutnya sampai 8.000 rmp masih 32 derajat. Lebih dari itu menjadi ngedrop sampai 30 derajat sebelum TMA.
Sebagai Bahan Pebandingan, coba lihat Honda Karisma. Dari rpm 1.500 sampai 2.500 timmingnya 15 derajat sebelum TMA. Dari 2.500 - 3.000, 27 derajat sebelum TMA. Terus sampai lebih darui 8.000 timing konstan.
Nah bisa dilihat timing pengapian Shogun dan Kharisma berbeda untuk tiap tingkat putaran, kalau dipaksakan saling tukaran pasti hasilnya gak bagus.

3. Tahu Kelistrikan

Hal yang paling gampang dan wajib tentu tahu kelistrikan. Apalagi beberapa CDI kaki-kaki soketnya berbeda, ada yang enam ada yang lima. Tiap kaki harus tahu arahnya kemana. ke koil, aki dan pulser harus hafal betul. Kalau tidak ngerti kaki-kaki CDI, jangan dipaksakan, kalau asal tukar bisa jebol atau kebakar.

4. Kompresi, Timing, Kem

Untuk yang senang korek mesin, bila rasio kompresi mesin sudah naik, timing pengapian perlu diubah. maksudnya agar gas bakar dalam silinder tidak dibakar panas kompresi. Makanya waktu pengapian harus dimajukan, biasanya sekitar 2 derajat.
Juga buka-tutup klep yang berubah akibat kem di korek, berdampak pengapian perlu diseting, biasanya mekanik bikin klep ngebuka lebih lama dan menutup lebih cepat. ini menyebabkan timing pengapian juga beda, bisa bergerak maju atau mundur.

Selasa, 26 Juli 2011

cdi

I. Sekilas tentang CDI Digital
Perkembangan teknologi mesin sepeda motor secara mekanikal telah mengalami kemajuan sangat pesat tetapi tidak sebanding dengan perkembanganelectronic yang mengendalikan mesin. Dengan konsepDigital semua perangkat yang dikendalikan akan lebih presisi.
Oleh sebab itu, kami telah melakukan penelitian selama
bertahun-tahun dan mengembangkan sistem pengapian CDI
(Capacitance Discharge Ignition) berbasis teknologi Digital.
Digital CDI yang kami kembangkan bekerjasama dengan
perusahaan terbesar di dunia untuk
microcontroller
(microchip komputer) yaitu Phillips Semiconductor.
Digital CDI adalah sistem pengapian CDIyang
dikendalikan olehmicroco mputer agar Ignition Timing (waktu
pengapian) yang dihasilkan sangat presisi dan stabil sampai
RPM tinggi. Akibatnya pembakaran lebih sempurna dan
hemat bahan bakar, serta tenaga yang dihasilkan akan sangat stabil dan besar mulai dari putaran rendah sampai putaran tinggi. Dengan Digital CDI, emisi yang dihasilkan juga sangat rendah itu sebabnya kami juga menyebut


teknologi Digital CDI kami dengan GREEN CDI (CDI Hijau
= ramah lingkungan).
Digital CDI Hyper Band merupakan pengembangan
pertama yang berbasis digital dengan kurva pengapian terprogram untuk menghasilkanpowerband yang sangat lebar hingga mencapai lebih dari 20.000 rpm tanpa adanya batasan(limiter).
Digital CDI Dual Bandadalah CDI Digitalpengembangan
kedua yang kami ciptakan untuk keperluan Standard, Tune
Up, Racing dan kompetisi. Dengan teknologi Dual Band,
kami menggabungkan seluruh keperluan pemakaian sepeda
motor yaitu :
“Standard & Tune Up, Tune Up & Racing dan Racing &
Competition”.
CDI Dual Band terdiri dari dua kurva pengapian yang
telah diprogram secara permanen dan disesuaikan dengan kebutuhan di atas. Kurva-kurva pengapian tersebut dibuat berdasarkan hasil penelitian dan percobaan yang dilakukan secara sistematis melalui team Balap “ Bintang Racing Team (BRT)”.

CDI Dual Band juga menganut teknologi Hyper Band
(tanpalimiter) dan dilengkapi ALVP (Automatic Low Voltage
Protection) untuk menghindari kerusakan fatal akibat
tegangansupply yang minim (accu tekor).
CDI Dual Band sangat bermanfaat untuk para pencinta
motor yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Secara garis besar CDI Dual Band terdiri atas beberapa
aplikasi, sbb :
1.
Standard dan Tune Up (ST).
2.
Tune Up danRa cing (SR).
3.
Racing danCompetition (RC).
Dalam aplikasiRacing dan Competition CDI Dual Band
dapat dipadukan dengan Digital Smart Box.
II.Keun tu nga nCD I BRT
Keuntungan menggunakan CDI BRT adalah sbb :
1. Tenaga kuda (
Horse Power) akan meningkat hingga 20%. *
2. Meningkatkan respon dan akselerasi. **
3.
Power Band bertambah lebar hingga 2000 RPM.
4. Hemat pemakaian Baterai/AKI hingga 30%.
5. Hemat bahan bakar hingga 29. 0%.***

Catatan :
*)
Diuji pada motor Honda Karisma 125 Standard pada tgl
10 Feb 2005 menggunakan DYNOJET 250i
(Dynamometer) pada temperature 34ºC; kelembaban
34%; 994.5mBar; tenaga kuda 7.96dk pada 9000 Rpm
menjadi 8.66 dk.
**) Diuji pada motor Yamaha RX KING ; pada tgl 10 Feb 2005 menggunakan DYNOJET 250i; akselerasi 0 – 100 km/jam 8 detik menjadi 6 detik pada temperature 35ºC; kelembaban 34%; tekanan 994.4 mBar.
***) Uji coba dilakukan oleh Tabloid Motor Plus edisi No.348/VI sabtu 29 Oktober 2005, hal 7; pada motor Suzuki Shogun 125; penghematan hingga 29.14%
III. Jaminan Kualitas
Semua produk CDI BRT telah 100% melalui UJI KETAHANAN dengan metodaC harging selama 8 jam pada 6000 RPM yang ekivalen dengan pemakaian 5 tahun pada kondisi normal.


VI. Petunjuk Pemasangan 



Berikut adalah Grafik dengan 2 step advance
Tabel Daftar Panjang Pick Up Pulser
No Model Type Panjang Tonjolan
(mm)
Type Sinyal / Pulsar  Sistem
Pengapian
 1 Honda Supra / Legenda  11.3 Single - Positif AC
   Kirana 14.0 Single - Positif  DC
   Meg Pro  15.4 Single - Positif DC
   Tiger 2000 / Phantom 24.0 Single - Positif AC
   Kharisma / CS1 38.0 Single - Positif DC
   Sonic 125 / CBR38.0  Single -Negatif DC
   Vario / Click 38.0 Single - Positif DC
   Beat 38.0 Single - Positif DC
 2 Yamaha Vega-R / F1ZR 57.5 Double - Positif AC
   Jupiter-Z / Mio / Nouvo 57.5Double - Positif  DC
   RX King  Single - Positif AC
   Jupiter MX57.5 Double - Positif DC
 3 Suzuki Shogun 11014.0  Single - Positif DC
   Smash 11016.0 Double - Positif DC
   Shogun 12530.0  Single - Positif DC
   Satria 120 R30.0Double - Positif  DC
   Satria 150 F39.0  Double - Positif DC
   Spin / Sky Wave41.7Single -Negatif  DC
   Thunder 12547.0 Single - Positif DC
   Thunder 25070.7 Single - Positif DC
 4 Bajaj Pulsar 180 / 200 44.0 Single - Positif AC
 5 TVS  Neo?  ??
   Apache ??  ?
 6 Kawasaki  KZX 130 38.0 Single - Positif DC
   Kaze R 12.0 Single - Positif AC
   Ninja RR 9.0 Single - Positif DC


Kata Kunci :
Kurva pengapian (ignition Timing Curve) suatu mesin ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :
  •  Jenis bahan bakar
  •  Bentuk ruang bakar
  •  Panjang langkah (stroke)
  •  Noken As (Cam Shaft)
  •  Perbandingan Kompresi (Compression Ratio)

kiprok

Quantcast
Mungkin kita sering mendengar tentang kiprok. Bahkan sering kalau ada yang jual motor. ada infonya kiprok baru … !!! aph itu kiprok? Kalau yang pernah mengetahui tentang electro, mungkin tidak akan asing lagi. ketika membuat suatu adaptor entah 12 volt. Kalau ngeliat rangkaiannya… cuma ada trafo yang input 220 volt (kadang bisa milih 110 volt red.),… dan keluarannya bisa 12 volt sekian ampere … (besarnya ampere tergantung besarnya trafo red.) … !!! dari sana… dilanjutkan dengan rangkaian ‘jembatan dioda’ plus keluarannya masuk ke capacitor… jadi deh voltase DC yang diinginkan …!!!
Nah mirip dengan hal itu,… kira-kira begitulah kerjanya si regulator rectifier …!!! Hanya saja … persoalan trafo ditangani oleh alternator… dimana mengeluarkan voltase AC melalui perputaran magneto flywheel …!!! Jadi yang satu bekerja pake listrik… yang satu dari tenaga gerak…. mirip deeh kalau jaman dulu…pada sepeda ontel. ada alternator yang digerakkan ban depan.. terus lampu sepeda onthel bisa nyalaaa … !!! Naah tugas si regulator rectifier itu merubah voltase AC menjadi DC … !!!
Hasilnya adalah aki bisa dicharge… bisa menyalakan lampu… menyalakan lampu sein etc… !!! Perhatikan deeh,… kalau di motor bebek… head lamp itu baru bisa nyala… ketika motor hidup… !!! Mau switch di on,… kalau motor belum hidup… ya tidak mau nyala… !!! Tapi lampu sein,… bisa nyala… lampu rem bisa nyala… kenapa demikian …??? Yaah karena voltase headlamp dikeluarkan oleh regulator rectifier ini… sedangkan yang lainnya menggunakan aki … !!!
Coba lageee,… perhatikan kalau beli motor baru… teruz distarter dan dinyalakan… headlamp menyala dengan stabil… !!!

 yang jeasnya :

 kiprok atau Regulator rectifier atau Silicon Controlled Rectifier.

Berfungsi sebagai penyearah arus, dari arus bolak balik AC yg dihasilkan dari magnet dan spull menjadi arus DC yang arus DC tsb digunakan dalam Charging ACCU (aki) yang notabene instrument2 seperti lampu sign, klakson serta instrumen2 speedometer dll sangat tergantung dari tenaga ACCU. Selain itu Kiprok juga berfungsi mengatur kestabilan aliran arus listrik untuk dikirim ke pengapian (CDI ->koil-->busi) sesuai putaran mesin.

Posisi kiprok ada dibawah tangki bensin & dibaut ke rangka.

Pada motor2 Raja yg dikorek baik korek ringan maupun korek kelas berat, sering fungsi kiprok tsb tidak digunakan alias gak pake kiprok oleh mekanik2 ato bengkel2nya ato memang kabel bodynya sudah dilepasin berikut kiprok dan ACCU-nya. Efek utama yang dikejar adalah cepatnya respon tarikan mesin pada motor raja yg tidak pake Kiprok. Untuk lengkapnya seperti dibawah ini:

1. arus yg dihasilkan lebih cepat dan besar, tapi naik turunnya arus juga cepat secepat naik turunnya putaran mesin. Respon tarikan mesin juga jadi lebih cepat, terutama pada putaran bawah yang terasa sekali naiknya perubahan. Ini dikarenakan arus yg mengalir ke CDI yg diteruskan ke koil dst lebih murni tanpa ada fungsi kiprok yaitu menstabilkan arus sehingga perubahan naik turunnya arus pada putaran mesin lebih datar ato tidak secepat naik dan turunnya putaran mesin tanpa kiprok.

2. lampu headlamp akan sangat terang sekali karena arusnya cukup besar dan cepat. Dan pada putaran2 tinggi bohlam headlamp standar akan sering putus karenanya.

3. tidak berfungsinya ACCU yang otomatis part instrument seperti klakson, lampu sign dll juga tidak berfungsi karena ACCU tidak dapat di charging yg notabene banyak part instrument tsb bergantung pada ACCU seperti klakson, sign dll.

Kita bisa memodifikasi fungsi kiprok sesuai kebutuhan kita dengan mengetahui fungsi2 kabel dikiprok tsb.
1. Kabel hitam = masa
2. Kabel merah = instrument, klakson, sign dll.
3. Kabel putih = charging accu
4. kabel kuning strip merah = menstabilkan arus ke pengapian.


Untuk mendapatkan tenaga listrik murni untuk pengapian seperti pada motor2 raja yg tidak pake kiprok, cukup putuskan kabel kuning strip merah pada kiprok. selebihnya tetap terhubung dgn kiprok. Efeknya tarikan akan lebih responsif apalagi pada putaran bawah, tetapi top speed tetap tidak berubah sesuai torsi mesin, dan instrument yang lain (klason, sign, charging ACCU dll) tetap bekerja normal. (gbr.1)

Bila headlamp Raja anda tidak terang, bisa jadi salah satu penyebabnya kiprok anda sudah kurang bekerja maksimal ato lemot. Anda bisa mengakalinya dengan melepas batasan arus di kiprok (kabel putih=charging ACCU) tetapi bohlam headlamp standar RX-king anda harus diganti dengan yang lebih besar watt-nya agar tetap kuat pada arus besar pada saat putaran mesin tinggi. Anda juga bisa memasang saklar di stang ato memodifikasi fungsi saklar standar King di stang anda agar mudah untuk memutus & dan menyabung (on/off) fungsi charging ACCU yang sangat banyak memakan arus, sehingga fungsi instrument, klakson, sign dll tetap bisa bekerja. Kalo anda butuh untuk menggunakan lampu sign ato klakson tinggal swicth chargingnya dihidupkan setelah itu bisa dimatikan tergantung kebutuhan anda. Soalnya bisa pusing kalo diberhentikan polisi lalu instrument seperti lampu sign, taillamp, klakson kita gak nyala. Direkomendasikan memakai bohlam headlamp minimal type halogen 55watt keatas. Bila memakai bohlam halogen 55watt keatas, batok,kaca dan reflektor headlamp Raja harus yang asli ato orisinil karena kalo yg imitasi bisa gak kuat ato bisa meleleh kena panas bohlam tsb. Cahaya headlamp yang dihasilkan dari modifikasi tsb akan sangat terang sekali. (gbr.2)

user posted image

ciri kiprok mati.. 

mau tanya ciri-ciri kiprok mati atau dah lemah gimana si...????

kiprok mati/dah lemah gejala na pengisian aki berkurang,lampu motor redup walau sudah digas.
klo air aki masih di batas normal ya gpp kok...,
Kiprok-nya yang berapa kaki bro (jumlah terminal).
Ambil contoh kiprok bebek Honda Supra ada 4 kaki (kabel warna putih, kuning, hijau dan merah). Tugasnya selain buat pengisian (mengubah arus AC jd DC) juga sebagai penyetabil (jika pengisian berlebih akan dibuang ke massa).

Nah, kalo yang rusak fungsi pengisian maka aki akan tekor. Tapi kalo yang rusak fungsi penyetabil maka justru bisa overcharge. Misal lampu depan atau lampu panel speedometer sering putus. Ciri lainnya saat putaran mesin dinaikkan, lampu tambah terang hingga putus. Harusnya nyala lampu tetap stabil (meski lampu bukan langsung dari aki ya).

Paling valid ngecek kondisi kiprok dengan menggunakan multitester. Ada data pengukuran sesuai jenis kiproknya. Beda motor, beda datanya.

Periksa Accu dan Kiprok

Periksa Accu dan Kiprok

Trouble Shooting Kelistrikan Motor
Menganalisa masalah kelistrikan motor memang terkadang gampang-gampang susah. Ada masalah pada lampu yang tak mau menyala atau redup, starter elektrik tak berfungsi baik dan lampu sein tak bekerja sempurna, langsung yang terpikir adalah masalah ada pada accu nya. Tak sedikit dari bikers yang harus membeli accu baru, tapi tak menyelesaikan masalah. Justru masalah yang sama tetap ada meski accu sudah diganti dengan yang baru.
Dalam menganalisa masalah kelistrikan motor, ada beberpa unsur yang harus diperhatikan selain accu.
Biasanya dalam Trouble Shooting untuk kelistrikan motor menggunakan skema duri ikan. Dimana accu adalah komponen pertama yang dilakukan pemeriksaan. Setelah accu pemeriksaan diarahkan ke Wiring atau pengkabelan, berlanjut ke Regulator, dan terakhir Generator.
Lakukan pengecekan accu dengan Multitester untuk mengetahui apakah voltase masih berada dalam kondisi normal. Jika jarum multitester menunjukan angka dibawah 7 volt, coba charge ulang accu tersebut. Kalau sudah dicharge dan dalam waktu yang singkat voltase kembali berkurang, perlu dicurigai adanya hubungan arus pendek.
Terkadang ada dibeberapa bagian kabel yang mulai getas atau rapuh, sehingga saat terjadi gesekan dengan bodi atau rangka, kulit kabel mudah terkelupas. Hal ini juga memicu permasalahan kelistrikan atau konslet.
Yang tak kalah penting mendapat pemeriksaan adalah kiprok atau dalam bahasa teknis nya disebut sebagai regulator rectifier. Saat kiprok bermasalah, terkadang analisa bengkel pun salah dan langsung menuju pada accu. Entah karena ingin mendapat keuntungan dari penjualan atau karena memang sang mekanik tak paham dalam mengatasi masalah kelistrikan.
Biasanya jika kiprok bermasalah, usia accu tak akan lama karena arus listrik dari spul yang seharusnya dialirkan ke accu untuk pengisian balik tertahan di kiprok. Jika itu terjadi, secara otomatis aki akan tekor.
Pengecekan bisa dilakukan dengan mengukur voltase yang dihasilkan kiprok dengan multitester. Jika voltasenya melebihi batas yang ditentukan, berarti kiproks memang bermasalah.
Saat melakukan pemeriksaan dengan multitester, gunakan pengukuran arus DC dan atur saklar meter pada posisi 50 volt. Lakukan pengukuran voltase kiprok dengan menempelkan jarum positif multitester dengan kabel positif accu. Sedangkan jarum negatif mulitester ditempelkan di bodi atau kutup negatif accu.
Cara mengukurnya, lepaskan kutup positif pada accu dan hidupkan mesin dengan kickstarter. Bersamaan dengan gas dibuka hingga putaran mesin ke 3000 rpm atau lebih, perhatikan jarum penunjuk multitester. Jika angka yang ditunjuk melebihi 14 volt, itu tandanya kiprok memang sudah tak layak pakai.
Tapi yang perlu jadi catatan, pemeriksaan ini sesuaikan dengan buku manual. Karena setiap merek dan tipe motor biasanya memiliki batasan tersendiri.
Menganalisa masalah kelistrikan motor memang terkadang gampang-gampang susah. Ada masalah pada lampu yang tak mau menyala atau redup, starter elektrik tak berfungsi baik dan lampu sein tak bekerja sempurna, langsung yang terpikir adalah masalah ada pada accu nya. Tak sedikit dari bikers yang harus membeli accu baru, tapi tak menyelesaikan masalah. Justru masalah yang sama tetap ada meski accu sudah diganti dengan yang baru.
Dalam menganalisa masalah kelistrikan motor, ada beberpa unsur yang harus diperhatikan selain accu.
Biasanya dalam Trouble Shooting untuk kelistrikan motor menggunakan skema duri ikan. Dimana accu adalah komponen pertama yang dilakukan pemeriksaan. Setelah accu pemeriksaan diarahkan ke Wiring atau pengkabelan, berlanjut ke Regulator, dan terakhir Generator.
Lakukan pengecekan accu dengan Multitester untuk mengetahui apakah voltase masih berada dalam kondisi normal. Jika jarum multitester menunjukan angka dibawah 7 volt, coba charge ulang accu tersebut. Kalau sudah dicharge dan dalam waktu yang singkat voltase kembali berkurang, perlu dicurigai adanya hubungan arus pendek.
Terkadang ada dibeberapa bagian kabel yang mulai getas atau rapuh, sehingga saat terjadi gesekan dengan bodi atau rangka, kulit kabel mudah terkelupas. Hal ini juga memicu permasalahan kelistrikan atau konslet.
Yang tak kalah penting mendapat pemeriksaan adalah kiprok atau dalam bahasa teknis nya disebut sebagai regulator rectifier. Saat kiprok bermasalah, terkadang analisa bengkel pun salah dan langsung menuju pada accu. Entah karena ingin mendapat keuntungan dari penjualan atau karena memang sang mekanik tak paham dalam mengatasi masalah kelistrikan.
Biasanya jika kiprok bermasalah, usia accu tak akan lama karena arus listrik dari spul yang seharusnya dialirkan ke accu untuk pengisian balik tertahan di kiprok. Jika itu terjadi, secara otomatis aki akan tekor.
Pengecekan bisa dilakukan dengan mengukur voltase yang dihasilkan kiprok dengan multitester. Jika voltasenya melebihi batas yang ditentukan, berarti kiproks memang bermasalah.
Saat melakukan pemeriksaan dengan multitester, gunakan pengukuran arus DC dan atur saklar meter pada posisi 50 volt. Lakukan pengukuran voltase kiprok dengan menempelkan jarum positif multitester dengan kabel positif accu. Sedangkan jarum negatif mulitester ditempelkan di bodi atau kutup negatif accu.
Cara mengukurnya, lepaskan kutup positif pada accu dan hidupkan mesin dengan kickstarter. Bersamaan dengan gas dibuka hingga putaran mesin ke 3000 rpm atau lebih, perhatikan jarum penunjuk multitester. Jika angka yang ditunjuk melebihi 14 volt, itu tandanya kiprok memang bermasalah.
Tapi yang perlu jadi catatan, pemeriksaan ini sesuaikan dengan buku manual. Karena setiap merek dan tipe motor biasanya memiliki batasan tersendiri.

 

 

Kiprok bahasa tekniknya regulator atau rectifier. Enggak bisa sembarang saling tukar (gbr. 1). Meskipun dalam praktiknya masih ada saja yang melakukan subtitusi atau mengganti part ini dengan produk imitasi kurang berkualitas. Dan biasanya, efek negatifnya kalau nggak aki mendadak tekor, cahaya lampu utama jadi kurang terang. Atau umur pakai regulator palsu pendek.
"Dulu belum tahu, iseng beli kiprok imitasi yang harganya sekitar Rp 15-35 ribuan. Meski dari tampak luar punya bentuk sama, begitu dipasang enggak lama dipakai aki mendadak tekor. Bahkan cahaya lampu yang awalnya terang pun ikutan redup. Begitu ditelusuri baru terbukti, komponen dalam kiprok imitasi beda dengan orisinal. Terutama part number pada salah satu komponennya," sesal Hari Samon, pemilik Honda Supra X.
Mendengar pengalaman Hari, Tomy Huang bos sekaligus pembuat CDI BRT yang juga memproduksi kiprok untuk merek ternama di Tanah Air, tidak tinggal diam. Pria berkacamata ini mewanti agar pengguna motor yang kerap bermasalah dengan piranti ini tidak sampai mengalami kejadian begitu berulang kali.2827hal14_kiproksupra_boyo2.jpg
Coba saja kalau konsumen lebih dari empat kali salah beli kiprok dengan harga rata-rata Rp 15-35 ribu. Jika digabung, mereka itu bisa beli kiprok orisinal atau KW2 yang harganya berkisar antara Rp 75 sampai 150 ribuan. Urusan pun langsung dijamin beres.
"Dengan membeli kiprok yang tepat, pemilik motor juga jadi nggak khawatir lagi aki tekor atau lampu redup. Sebab salah satu komponen di dalam kiprok sudah jelas speknya dengan motor yang akan diganti," imbuh pria berkantor di PT Bintang Niaga Jl. Mayor Oking, Cibinong, Bogor ini.
Lebih lanjut dijelaskan, selain tidak dianjurkan beli kiprok palsu, Tomy Huang juga berpesan agar konsumen lebih teliti. Terutama spek motor khususnya aki dan beban bohlam.
Misal kiprok Honda Supra X 125. Disarankan beli kiprok yang speknya benar untuk motor itu. Lantaran kode komponen di dalam rangkaian instrumen kiprok yang diterapkan, sudah sesuai dengan spek aki dan kebutuhan beban arus bohlam lampu pada motor itu (gbr. 2).
"Kalau aki motor pakai 5Ah, usahakan jangan pakai kiprok untuk motor ukuran aki 3Ah. Atau bohlam 25 watt pakai kiprok 18 watt. Jangan dilakukan. Wajar kalau aki gampang tekor dan cahaya lampu kurang terang. Makanya jangan asal pilih murah. Pilih orisinal atau KW2 berkualitas," tutup pria berkacamata itu.


pengertian ignition coil


Koil merupakan Sebuah kumparan elektromagnetik(transformator) yang terdiri dari sebuah kabel tembaga terisolasi yang solid (Kawat tembaga/email)dan inti besi yang terdiri atas kumparan primer dan kumparan sekunder. Coil merupakan trasformator stepup yang berfungsi menaikkan tegangan kecil 12v dari kumparan primer menjadi tegangan tinggi 15.000volt pada kumparan sekunder.
Pembangkitan tegangan tinggi koil di timbulkan oleh triger dari device koil driver yang bisa berupa platina, CDI atau TCI ignition sistem, semua sistem ignition modul merupakan trigger koil untuk membangkitkan tegangan tinggi sesuai dengan jenis kendaraan dan sistem yang diinginkan.
Pemanfaatan tegangan tinggi koil memang di peruntukkan untuk mensuplai busi agar mendapatkan percikan api yang sempurna dengan harapan mampu meningkatkan performa mesin bermotor. Dengan adanya tegangan yang kurang tinggi mengakibatkan percikan kurang maksimal sehingga campuran bahan bakar dan udara menjadi tidak terbakar secara sempurna, walhasil tenaga mesin menjadi kendor

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Affiliate Network Reviews